Sabtu, 11 April 2009

Pemberdayaan masyarakat Timor leste Melalui Konsep Desa Wisata

Salah satu alternatif untuk mengembangkan ekonomi rakyat adalah dengan mengembangkan desa wisata. Pengembangan desa wisata ini juga menjadi sangat relevan, seiring dengan terjadinya pergeseran model pembangunan pariwisata. Seperti dilaporkan oleh World Tourism Organization (WTO) tahun 1995 menunjukkan bahwa telah muncul perkembangan wisata alternatif yang dipandang lebih menghargai lingkungan alam dan penghargaan kepada kebudayaan.

Selain didukung oleh fakta di atas, kecenderungan wisatawan sekarang ini lebih rasional dan memiliki karakter yang kurang dapat diprediksi dimana tuntutan dan kepuasan wisatawan tidak hanya bersandar pada tindakan alam dan kelengkapan fasilitas wisata melainkan juga pada keleluasaan dan intensitas interaksi dengan lingkungan dan masyarakat lokal. Berdasarkan pada fakta di atas, pembangunan desa wisata kemudian menjadi arah baru bagi pengembangan Kepariwisataan didunia.

Dilihat kecenderungan perkembangan kepariwisataan sekarang yang lebih banyak melirik pada prinsip back to nature, maka pariwisata pedesaan merupakan suatu bentuk pariwisata dengan objek dan daya tarik berupa kehidupan desa yang dengan kemenarikan khusus dalam masyarakatnya yaitu, panorama alamnya dan budayanya khususnya wisatawan asing. Kehidupan desa yang dapat dijadikan sebagai sebagai tujuan wisata adalah sebagai obyek sekaligus sebagai subyek dari kepariwisataan, sebagai suatu obyek maksudnya adalah bahwa kehidupan pedesaaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subyek adalah bahwa desa dengan segala aktivitas sosial budayanya merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas kepariwisataan dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Oleh karena itu, peran aktif dari masyarakat sangat menentukan kelangsungan kegiatan pariwisata.

Pengembangan desa wisata akan membawa beberapa implikasi positif, seperti mengurangi pengangguran di desa, peningkatan pendapatan masyarakat, optimalisasi daya dukung terhadap pembangunan dan terjaganya kelestarian lingkungan alam di pedesaan. Pengembangan desa wisata juga akan bermanfaat dalam nengurangi arus urbanisasi dari desa ke kota dan mengurangi konvergensi ketimpangan antara desa dan kota. Usaha-usaha yang terkait dengan pengembangan desa wisata tersebut akan menjadi alternatif pekerjaan yang dapat dimasuki oleh masyarakat setempat.

Pengembangan desa wisata pada dasarnya dilakukan dengan berbasis pada potensi yang dimiliki masyarakat pedesaan. Pola pengembangan desa wisata ini diharapkan akan mampu mendorong tumbuhnya berbagai sektor ekonomi kerakyatan seperti industri kerajinan rakyat, industri jasa-perdagangan, dan lainnya. Hal semacam ini diharapkan menjadi faktor daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke desa. Dengan melihat kenyataan bahwa pada umumnya masyarakat Timorm leste masih bergelut dengan sektor pertanian, serta mempunyai tradisi adat budaya, maka arah pengembangan desa wisata seharusnya lebih diarahkan pada pengembangan ekowisata, agro-wisata.

Pengembangan ekowisata bertumpu pada upaya pelestarian sumber daya alam/budaya yaitu, melihat pada unsur penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan ekowisata adalah (1) kondisi alam, (2) kondisi flora dan fauna, (3) kondisi fenomena alam dan (4) kondisi adat dan budaya. Dalam pengembangan ekowisata ini, dapat dilakukan misalnya dengan penggalian nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Desa-desa yang memiliki potensi budaya seperti Tutuala (Lospaplos) Meci, Makadade (Atauro) festival panem pinang, dan desa-desa lain yang mempunyai potensi sama, sebenarnya dapat diangkat sebagai desa wisata percontohan yang pada akhirnya dapat memberikan effect besar terhadap perkembangan ekonomi daerah.

Pengembangan agro-wisata berkaitan dengan upaya untuk mengangkat hasil-hasil pertanian, seperti buah-buahan atau sayuran sebagai daya tarik bagi wisatawan agar berkunjung di daerahnya. Pengembangan tiap desa harus melihat komoditas unggulan pada sector pertanian tiap desa, agro-wisata dengan komoditi.


Sementara pengembangan agro-industri terkait dengan upaya meningkatkan hasil pertanian, perikanan, peternakan maupun perkebunan menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Upaya mengembangkan beberapa industri rumah tangga keripik (dari Aifarina), kulu bafa (Baucau), kumbili tunu (Baucau) dan masih banyak komoditi lainnya, dapat menjadi suatu contoh kongkret dari model pengembangan desa wisata ini.

Upaya pengembangan desa wisata ini, memerlukan sinergi dan kerjasama dari berbagai stake holder, yakni dari masyarakat., birokrat, pengusaha dan unsur-unsur pendukung. Dalam hal ini, masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan maupun pengelolaan objek wisata. Bahkan,kalau perlu masyarakat dilibatkan jua pada tahap evaluasi dari pengembangan desa wisata ini. Sebab pendekatan partisipatif akan menjadi salah satu bagian penting dalam proses pembangunan wisata. Dengan pendekatan partisipatif itu diharapkan masyarakat pada lokasi objek wisata sendiri akan memiliki rasa tanggung jawab untuk pemeliharaan daya tarik objek yang bersangkutan.

Pada kenyataan konsumen pariwisata sekarang bahwa kecenderungan wisatawan ingin wisata ke desa, menjadikan kita boleh optimis bahwa desa wisata akan menjadi alternatif penting untuk mengembangkan ekonomi masyarakat pedesaan. Lebih dari itu, pengembangan desa wisata akan akan lebih berkelanjutan karena ditopang oleh potensi masyarakat setempat.

By. Gil Costa


Tourism Student - Bandung

Senin, 06 April 2009

Foto Pentas Budaya Timor Leste Di Tugu Jakarta

Kampung tugu merupakan salah satu tempat atau kampoeng yang berada di utara Jakarte, yang merupakan tempat pertama bangsa Portugis menginjakkan kakinya di Pulau Jawa.
Kampung peninggalan bangsa Portugis di wilayah Batavia (Jakarta Tempoe Doeloe) ini mengadakan Festival budaya yang bernuansa Portugis, dan festival kampoeng toego ini diikuti oleh negara yang berbahasa Portugeuse atau sering disebut CPLP, dari setiap negara peserta mempertunjukkan tarian tradisional dari tiap - tiap negara, yaitu seperti ; Brazil dengan Capoeira, Portugal dengan Folklore, dan tarian tradisional dari negara lainnya.
Timor leste mememtaskan dua tarian tradisional atau atraksi khas timor Leste yaitu; tarian lamakbaen dari kabupaten Lospalos (berupa tarian syukuran), dan danca Policatri dari Manatuto. Para penari tarian tradisional ini adalah diwakili oleh mahasiswa/i Timor leste yang sedang kuliah Pada Universitas atau perguruan tinggi di Bandung (melalui forum mahasiswa IMPETIL Bandung).
Pentas budaya ini dihadiri Oleh DUBES Timor Leste Sr. Ovidio de Jesus, serta seluruh DUBES dari negara CPLP, dan dimeriahkan oleh NADA Band.
uhhhh.h.h.h.h.h.h.h.h. Pokoknya Meriahhhhhh bangettt

By. Gil Costa

Tourism Student - Bandung

Potensi wisata Lospalos


Industri pariwisata merupakan industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan produk dimana sebagian besarnya merupakan produk jasa. Pada prinsipnya pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh lingkungan, keunikan suatu daerah, budaya dan pelayanan. Karena itu dalam pembangunan atau pengembangannya, perlu diperhatikan asas pengelolaan lingkungan, keunikan suatu tempat dan budaya, serta pelayanan. Melestarikan kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berlanjut bukanlah merupakan hal yang abstrak, melainkan benar-benar hal yang konkrit dan sering mempunyai efek jangka pendek.

Dengan meningkatnya jaminan sosial para pekerja di sektor industri dan intervensi negara yang semakin jauh dalam mengatur hak-hak para pekerja industri, termasuk hak-hak untuk berlibur dan kewajiban untuk membiayai liburan para pekerjanya, mengakibatkan maraknya pariwisata sebagai industri.

Motivasi wisatawan untu mengunjugi suatu tempat tujuan adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan dan permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri tertentu.

Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan adalah :

1. Keindahan alam.

2. Iklim dan cuaca.

3. Kebudayaan.

4. Sejarah.

5. Ethnicity – sifat kesukuan.

6. Accessibility – kemampuan atau kemudahan berjalan ke tempat tertentu.

Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan daya dukung yang berdasarkan pada tujuan pariwisata yaitu bersenang-senang. Pada umumnya Timor Leste belum memberikan perhatian yang serius pada kegiatan pariwisata baik itu dari Pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat. Ini terlihat jelas karena banyaknya potensi wisata yang belum teridentifikasi dan dikelolah secara baik serta belum dipasarkan ke Tourist Generation Area.

Bagi Timor leste, industri pariwisata merupakan peluang yang tidak dapat dilepaskan begitu saja. Pariwisata harus dapat dikembangkan sebagai sebuah produk yang menguntugkan dan memiliki prospek yang sangat cerah di kemudian hari bagi sebuah pembangunan nasional, karena hal ini dapat terlihat pada data kunjungan wisatawan berikut ini;

Tabel. 1. Data kunjungan wisatawan mancanegara ke Timor Leste

No

Tahun

Jumlah

1

2003

439

2

2004

2597

3

2005

5817

4

2006

4062

Lospalos adalah salah satu kabupaten di Timor Leste yang berada di ujung timur pulau Timor yang letaknya 248 km di bagian timur Dili (ibu kota Negara Timor Leste). Ibukota Lospalos adalah Lautem ialah salah satu kecamatan di Lospalos. Lospalos mempunyai beragam Potensi wisata yang belum terolah atau dikelolah secara maksimal untuk dijadikan sebagai salah satu obyek yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke kabupaten tersebut. Ada beberapa potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek wiata seperti;

  • Potensi Pantai (ualo beach, com beach, berlu beach, Jaco beach, Lore beach);
  • Bangunan Peninggalan Portuguese (Benteng di Lautem, Pouzada Tutuala, Kota Pemerintahan lama di Lore);
  • Rumah Adat Lospalos yang menjadi ikon rumah bagi Timor Leste;
  • Budaya (Tarian Tradisional Lamakbaen yang ditarikan sebagai tarian ucapa syukur bagi hasil panem yang berlimpah, perkawinan secara adat dan lainnya),
  • Potensi alam seperti landscape dan hutan lindung (Nino Konis Santana National Park),
  • Potensi Karst (gua bergambar / ili kere-kere) dan lainnya.
  • Pulau Jaco (adalah salah satu pulau tampa penghuni, dan telah dikadikan sebagai kawasan lindung oleh pemerintah.
  • Keindahan bawah laut, yang sangat menarik untuk dilihat dan disaksikan.

Keadaan alam, budaya dan potensi lainnya yang masih alami dan terpelihara dengan baik itu menjadi daya tarik yang unik bagi para wisatawan yang ingin menikmati kegiatan wisata pada kecamatan Tutuala, karena potensi alam baik itu darat dan laut masih terpelihara secara alami. Sistem sosio budaya masyarakat Lospalos juga mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung atau orang yang berkujung ke kabupaten tersebut, karena sebagian besar dinamika kehidupam masyarakat masih diwarnai oleh nilai-nilai atau sistem-sistem sosio budaya tradisional.

Budaya dan keindahan alam dan laut yang masih alami itu memberikan nilai ekologi penting bagi Lospalos. Keadaan alam dan budaya yang masih terpelihara membuat kita tertarik untuk melihat alam yang begitu mempesona, disamping itu juga masyarakat yang berbahasa Fataluku, makalero dan makasae sendiri menjadi salah satu daya tarik yang dapat menarik wisatawan untuk mengenal dan mengetahui kehidupan masyarakat.


Berjuta potensi yang sangat Potensial di kabupaten tersebut akan dapat mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda jika pembangunan dan pembangunan selalu memperhatikan tiga pilar utama dalam pembangunan pariwisata yaitu pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.


By, Gil Costa

Tourism Student Bandung





Kamis, 26 Maret 2009

Pariwisata Sebagai Kegiatan Ekonomi yang Sedang tumbuh di timor leste

Pada dasarnya berpariwisata adalah suatu kegiatan yang dilakukan atau proses bepergian sementara dari suatu tempat ke tempat lain di luar tempat tinggalnya. Hal ini diakibatkan oleh berbagai keinginan, baik itu kegiatan ekonomi, politik, belajar dan lain sebagainya.
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara sesorang diluar tempat tinggalnya yang bukan mencari uang. Oleh karena itu perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan sesorang atau lebih dengan tujuan mendapat kenikmatan, kesegaran, serta dapat memenuhi keinginan untuk mendapat kepuasan atau kesegaran kembali serta mendapat pengalaman baru dalam masa perjalanannya.
Aspek ekonomi pariwisata tidak berhubungan langsung dengan kegiatan ekonomi, namun langsung berkaitan atau berhubungan dengan kegiatan usaha pariwisata lain, seperti usaha perhotelan, restoran, dan penyelenggaraan paket wisata, seperti tansportasi, telekomonikasi, souvvenir Shop dan lainnya.
Pariwisata di Timor leste sebagai sektor ekonomi yang sedang tumbuh harus diberi perhatian yang serius dan di anggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Namun di harapkan sektor ini akan dapat menjadi pembesar penerimaan devisa negara, memperluas atau pemerataan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; bagi masyarakat setempat, dan juga negara. Namun dalam situasi demikian kemudian muncul pertanyaan: kebijaksanaan mana yang lebih baik, mengikuti cara Mass tourism ataukah Ecotourism agar kegiatan pariwisata dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang paling banyak bagi negara dan juga masyarakat pada khususnya?
Apakah pengembangan kegiatan paristiwa di lakukan di segenap region atau wilayah timor atau hanya di beberapa daerah tertentu yang di anggap paling siapa? Sementara ada niat untuk menarik wisatawan dalam jumlah besar, dan sebelumnya harus di sadari bahwa jumlah kunjungan wisatawan yang besar dan hanya terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu (Overcrowding) dapat menurunkan kwalitas kehidupan masyarakat yang pada akhirnya justru akan menghilangkan daya tarik daerah tersebut. Juga harus disadari bahwa keindahan lingkungan alam dapat terganggu bila jumlah dan kwalitas perilaku wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut tidak dapat dikendalikan secara efektif.
Di samping menjadi salah satu aspek penggerak kegiatan ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana yang menarik untuk mengurangi angka pengangguran mengingat berbagai jenis wisata dapat di tempatkan di mana saja {Footlose}. Oleh sebab itu pembangunan wisata dapat di lakukan di daerah yang pengaruh penciptaan lapangan kerjanya paling menguntungkan.
Tetapi bagaimana cara mengembangkan kepariwisataan di suatu daerah tertentu dengan melibatkan penduduk setempat sehingga mereka dapat ikut berperan dan menarik mafaat dari kegiatan itu?
Pembangunan pariwisata memerlukan modal. Modal ini dapat berasal dari pemerintah maupun swasta. Dalam situasi di mana pemerintah terpaksa harus bekerja dengan sumber daya yang amat terbatas, sangatlah di harapkan pihak swasta dapat berperang lebih besar dengan ikut mendanai pembangunan berbagai prasarana, terutama yang berkaitan langsung dengan pembangunan objek atau daerah tujuan wisata. Bagi investor swata, keikut-sertaan dalam pembangunan prasarana wisata jelas merupakan beban investasi tersendiri. Namun demikian mereka dapat di beri imbalan yang berupa hak tertentu. Yang harus di pahami adalah bahwa pemberian hak- tersebut hendaknya tidak akan menggangu pihak lain. Dengan adanya keikut-sertaan pihak swasta dalam pembangunan prasarana wisata, maka modal public dapat lebih di pusatkan pada proyek yang dapat menciptakan sinergi bersama-sama dengan yang telah di rintis oleh sektor swasta. Hal ini juga berarti bahwa di masa mendatang dapat di harapkan akan ada kerjasama yang lebih erat antara pemerintah dan sektor swasta.
Kebijaksanaan yang menjamin perlakuan yang tidak membeda-bedakan hendaknya di rencanakan dengan cermat dan dengan mempertimbangkan hak dan kebutuhan dari pihak-pihak yang berkepentingan lainnya,termasuk hak dan kebutuhan wisatawan dan masyarakat setempat.
Ada beberapa masalah mendasar yang berkaitan dengan kebijaksanaan pariwisata. Misalnya,masih harus ada kesepakatan mengenai perimbangan biaya untuk promosi dan pembangunan yang didanai sektor publik. Memang bukan hal yang aneh bila pemerintah terlibat dalam hal ini. Namun apakah pedanaan pemerintah tersebut betul-betul telah melancar pembangunan pariwisata atau apakah hal itu justru akan menyebabkan pelaku industri wisata menjadi kurang peka terhadap kebutuhan wisatawan sehingga mereka mejadi kurang aktif dalam memberikan layanan yang terbaik bagi wisatawan, yang dengan demikian menjadikan mereka kurang dapat bersaing ?
Industri parawisata sering di anggap sebagai jawaban untuk menhadapi terbagai masalah ekonomi atau kesulitan ekonomi yang di akibatkan oleh ekspor non-migas yang timpang, di pandang akan dapat di atasi dengan industri pariwisata karena industri pariwisata dapat menciptakan lapagan kerja baru yang jelas-akan dapat memberikan lebih banyak peluang ekonomi, di perbaiki lingkungan dan mendorong pembangunan ekonomi regional, pariwisata juga di harapkan akan dapat meningkatkan pengertian international, serta menumbuhkan rasa saling menghormati dan toleransi.
Ada yang berpendapat bahwa kebijaksanaan pariwisata, baik secara nasional maupun daerah, sepertinya dirancang khusus untuk kepentingan operator wisata saja. Tekan kene, bahwa kegiatan pariwisata mulai banyak menimbulkan isu kebijaksanaan, yang sering sangat kontroversional, tidaklah dapat di abaikan.pemerintah harus lebih peka terhadap kebutuhan dan keinginan wisatwan, oprator wisata, serta masyarat dalam menhadapi persengketaan tersebut. Pemeritah harus berupaya menimbangkan minat-minat yang bertentangan itu sedemikian rupa sehingga pariwisata dapat benar-benar mejadi usaha ekonomi yang utama, yang mampu memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan secara adil. Hal ini dapat tercapai bila kegiatan pariwisata bersifat ramah terhadap lingkungan; Borley {1992} menyatakan bahwa lingkugan memiliki nilai instrinsik yang jauh melebihi nilainya sebagai asset pariwisata .Agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang dan agar dapat bertahan hidup untuk jangka panjang. Lingkungan tidak boleh dipertaruhkan hanya karena pertimbangan jangka pendek.


Mengapa diperlukan kebijaksanaan pariwisata?
Bila pariwisata dianggap sebagai suatu kegiatan ekonomi maka pariwisata juga harus dicermati seperti kegiatan ekonomi lainya. seperti halnya dengan kegiatan ekonomi lainya. isu yang berkembang disektor inipun berkaitan dengan kelangkaan sumber daya dan dana. Dalam kondisi yang demikian orang harus memilih: antara parawisata dengan kegiatan lainnya, antara berbagai jenis pariwisata ,dan antara daerah tujuan wisata yang satu dengan daerah tujuan lainnya.
Kegiatan pariwisata mencakup proses pertukaran antara pembeli dan penjual. Kekuatan pasar dengan sndirinya akan sangat menentukan . Namun demikian pihak swasta bila tanpa dukungan pemerintah, mungkin akan gagal karena adanya berbagai factor eksternal yang merugikan. Oleh sebab itu, seringkali di perlukan campur tangan pemeritah untuk memperbaiki pasar dan menjamin bahwa pasar akan secara cermat dan penuh mampu menanggapi keinginan konsumen.
Dampak negative kegiatan pariwisata, terutama dampak negatifnya tehadap kelestarian lingkungan dan warisan budaya nasional, adalah hal-hal yang banyak di gunakan sebagai alasan campur tangan pemerintah. Misalnya, pasar wisata sering terdapat di daerah yng memiliki keunggulan komparatif karena keindahan alamnya. karena daerah itu mampu menarik begitu banyak wisata maka lalulintas menjadi macet, terjadi polusi dan juga kerusakan terhadap lingkungan yang benarnya merupakan dasar keunggulan daerah tersebut. Pihak swasta dengan hak kepemilikan swata dapat memecahkan masalah itu dengan menarik menarik biaya dari para wisatawan yang datang ke objek wisata tersebut dan memanfaatkan sebagian pendapatannya untuk menjaga nilai pasar asset tesebut.
Namun sebagian besar pasar wisata adalah milik public atau umum, seperti aneka jenis pemandangan, pantai dan pengungan. Aset seperti itu sering kali masih di anggap sebai aset “alamiah” yang tidak perlu dipeliharah .dengan kata lain, parawisata dicirikan dengan hak kepemilikan yang salah didefenisikan, tidak dapat dilaksanakan atau tidak layak dilaksanakan dan diberi kebijaksanaan. Dalam situasi seperti itu masyarakat setempat seringkali memerlukan tindakan kolektif pemerintah sebagai pilihan yang paling nyata dan popular. Namun tindakan kolektif demikian dapat mejadi controversial karena cenderung membeda-bedakan orang atas dasar kemampuannya membayar.
Kedua, aliran wisatawan sering di anggap sebagai peramal kerjasama internasional. Richer {1989}mengutip dengan berbagai sumber menyatakan bahwa aliran wisatawan merupakan peramal yang andal bagi bantuan ekonomi, meskipun terdapat hubungan yang kecal atau negative antara arah dan besarnya aliran wisatawan dengan kemuingkinan dukungan politik dari negara tuan rumah untuk situasi politik negarah asal wisatawan.
Konsep kommmunity based planning merupakan alternative yang dipandang dapat diterapakan secara tepat dan terarah untuk setiap daerah tujuan wisata. Sesuai dengan konsep tersebut pemerintah harus menetapkan beberapa kebijakan pokok yang mempunyai pengaruh besar terhadap konstelasi kepariwisataan nasional, yakni dengan menetapkan beberapa negara sebagai pasar utama kepariwisataan nasional.
Oleh karena itu, kita perlu melakukan reorentasi segmentasi pasar kepariwisataan nasional melalui konsep penerapan kesesuaian produk dan pasar, untuk menuju kepada consumer solution sebagai awal revitalisasi kebijaksanaan pariwisata nasional.
Menyadari kondisi tersebut maka perlu diterapkan suatu konsep untuk mengantisipasi hala-hal tersebut diatas. Salah satu konsep yang dapat digunakan adalah konsep value creation. Padam konsep ini terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pariwisata nasional yang menjadi tanggung jawab semua insan pariwisata, termasuk institusi pendidikan. Ketiga aspek tersebut adalah performance gap, ability gap, dan opportunity gap.
Dalam terapannya terhadap pariwisata Timor leste hal-hal yang harus dilakukan adalah;
  1. Mengadakan rekonstruksi dan resturkturisasi sumber daya manusia pariwisata, mengingat kurangnya kinerja instansi berwewenang dalam membina dan mengelola kepariwisataan nasional dan daerah tujuan wisata.
  2. Mengadakan rekonfigurasi produk pariwisata Timor leste melalui pembangunan kawasan Regiaun. Hal ini dilakukan untuk mempertajam image Timor leste di pasar pariwisata internasional.
  3. Mengadakan revitalisasi strategi pengembangan kepariwisataan baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
Optimislah bahwa sektor kepariwisataan nasional tetap memiliki peluang untuk dikembangkan walau masih ada ketimpangan disana-sini. Berkaitan dengan hal ini dimana kinerja dan posisi kepariwisataan nasional masih jauh dari yang diharapkan, pendidikan kepariwisataan diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti, yang berupa sumbangan pemikira-pemikiran maupun tindakan nyata yang dibutuhkan uantuk pengembangan kepariwisataan, khususnya penyediaan sumber daya manusia pariwisata yang berkualitas.

Gil Costa
Tourism Student- Bandung