Sabtu, 11 April 2009

Pemberdayaan masyarakat Timor leste Melalui Konsep Desa Wisata

Salah satu alternatif untuk mengembangkan ekonomi rakyat adalah dengan mengembangkan desa wisata. Pengembangan desa wisata ini juga menjadi sangat relevan, seiring dengan terjadinya pergeseran model pembangunan pariwisata. Seperti dilaporkan oleh World Tourism Organization (WTO) tahun 1995 menunjukkan bahwa telah muncul perkembangan wisata alternatif yang dipandang lebih menghargai lingkungan alam dan penghargaan kepada kebudayaan.

Selain didukung oleh fakta di atas, kecenderungan wisatawan sekarang ini lebih rasional dan memiliki karakter yang kurang dapat diprediksi dimana tuntutan dan kepuasan wisatawan tidak hanya bersandar pada tindakan alam dan kelengkapan fasilitas wisata melainkan juga pada keleluasaan dan intensitas interaksi dengan lingkungan dan masyarakat lokal. Berdasarkan pada fakta di atas, pembangunan desa wisata kemudian menjadi arah baru bagi pengembangan Kepariwisataan didunia.

Dilihat kecenderungan perkembangan kepariwisataan sekarang yang lebih banyak melirik pada prinsip back to nature, maka pariwisata pedesaan merupakan suatu bentuk pariwisata dengan objek dan daya tarik berupa kehidupan desa yang dengan kemenarikan khusus dalam masyarakatnya yaitu, panorama alamnya dan budayanya khususnya wisatawan asing. Kehidupan desa yang dapat dijadikan sebagai sebagai tujuan wisata adalah sebagai obyek sekaligus sebagai subyek dari kepariwisataan, sebagai suatu obyek maksudnya adalah bahwa kehidupan pedesaaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subyek adalah bahwa desa dengan segala aktivitas sosial budayanya merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas kepariwisataan dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Oleh karena itu, peran aktif dari masyarakat sangat menentukan kelangsungan kegiatan pariwisata.

Pengembangan desa wisata akan membawa beberapa implikasi positif, seperti mengurangi pengangguran di desa, peningkatan pendapatan masyarakat, optimalisasi daya dukung terhadap pembangunan dan terjaganya kelestarian lingkungan alam di pedesaan. Pengembangan desa wisata juga akan bermanfaat dalam nengurangi arus urbanisasi dari desa ke kota dan mengurangi konvergensi ketimpangan antara desa dan kota. Usaha-usaha yang terkait dengan pengembangan desa wisata tersebut akan menjadi alternatif pekerjaan yang dapat dimasuki oleh masyarakat setempat.

Pengembangan desa wisata pada dasarnya dilakukan dengan berbasis pada potensi yang dimiliki masyarakat pedesaan. Pola pengembangan desa wisata ini diharapkan akan mampu mendorong tumbuhnya berbagai sektor ekonomi kerakyatan seperti industri kerajinan rakyat, industri jasa-perdagangan, dan lainnya. Hal semacam ini diharapkan menjadi faktor daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke desa. Dengan melihat kenyataan bahwa pada umumnya masyarakat Timorm leste masih bergelut dengan sektor pertanian, serta mempunyai tradisi adat budaya, maka arah pengembangan desa wisata seharusnya lebih diarahkan pada pengembangan ekowisata, agro-wisata.

Pengembangan ekowisata bertumpu pada upaya pelestarian sumber daya alam/budaya yaitu, melihat pada unsur penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan ekowisata adalah (1) kondisi alam, (2) kondisi flora dan fauna, (3) kondisi fenomena alam dan (4) kondisi adat dan budaya. Dalam pengembangan ekowisata ini, dapat dilakukan misalnya dengan penggalian nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Desa-desa yang memiliki potensi budaya seperti Tutuala (Lospaplos) Meci, Makadade (Atauro) festival panem pinang, dan desa-desa lain yang mempunyai potensi sama, sebenarnya dapat diangkat sebagai desa wisata percontohan yang pada akhirnya dapat memberikan effect besar terhadap perkembangan ekonomi daerah.

Pengembangan agro-wisata berkaitan dengan upaya untuk mengangkat hasil-hasil pertanian, seperti buah-buahan atau sayuran sebagai daya tarik bagi wisatawan agar berkunjung di daerahnya. Pengembangan tiap desa harus melihat komoditas unggulan pada sector pertanian tiap desa, agro-wisata dengan komoditi.


Sementara pengembangan agro-industri terkait dengan upaya meningkatkan hasil pertanian, perikanan, peternakan maupun perkebunan menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Upaya mengembangkan beberapa industri rumah tangga keripik (dari Aifarina), kulu bafa (Baucau), kumbili tunu (Baucau) dan masih banyak komoditi lainnya, dapat menjadi suatu contoh kongkret dari model pengembangan desa wisata ini.

Upaya pengembangan desa wisata ini, memerlukan sinergi dan kerjasama dari berbagai stake holder, yakni dari masyarakat., birokrat, pengusaha dan unsur-unsur pendukung. Dalam hal ini, masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan maupun pengelolaan objek wisata. Bahkan,kalau perlu masyarakat dilibatkan jua pada tahap evaluasi dari pengembangan desa wisata ini. Sebab pendekatan partisipatif akan menjadi salah satu bagian penting dalam proses pembangunan wisata. Dengan pendekatan partisipatif itu diharapkan masyarakat pada lokasi objek wisata sendiri akan memiliki rasa tanggung jawab untuk pemeliharaan daya tarik objek yang bersangkutan.

Pada kenyataan konsumen pariwisata sekarang bahwa kecenderungan wisatawan ingin wisata ke desa, menjadikan kita boleh optimis bahwa desa wisata akan menjadi alternatif penting untuk mengembangkan ekonomi masyarakat pedesaan. Lebih dari itu, pengembangan desa wisata akan akan lebih berkelanjutan karena ditopang oleh potensi masyarakat setempat.

By. Gil Costa


Tourism Student - Bandung

1 komentar: